Jumat, 14 Oktober 2011

Kinerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Kinerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Sulsel dalam melayani calon jamaah haji (calhaj) yang tergabung di Embarkasi Sultan Hasanuddin, dinilai memuaskan. Penilaian itu ketika masuk di asrama haji maupun saat pemberangkatan di bandara. Wakil Ketua Komisi E DPRD Sulsel Andi Mustaman mengatakan, pengawasan yang dilakukan jajarannya terkait kinerja PPIH, belum ditemukan ada kendala yang berarti. Bahkan, hingga beberapa kloter sudah diberangkatkan, pelayanannya jauh lebih baik ketimbang musim haji sebelumnya.

“Sampai saat ini kami melihat semua pihak yang terkait di pemberangkatan calon jamaah haji itu sudah maksimal, mulai pelayanan maupun antisipasi lain soal kesehatan,”tandas Mustaman yang juga pengawas haji tahun ini kepada media, kemarin. Politikus Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Sulsel ini mengharapkan, pelayanan baik yang sudah dijalankan panitia bisa dipertahankan hingga pemberangkatan kloter terakhir, termasuk saat kedatangan jamaah haji nanti.

Terkait pelayanan selama di Tanah Suci, DPRD juga akan mengawasi langsung dengan memberangkatkan enam anggota Dewan dari masing-masing komisi. Hasil pemantauan itu akan dijadikan bahan evaluasi dan masukan ke PPIH dan Kanwil Kementerian Agama (Kemenag). “Khusus kedatangan, Komisi E itu akan mengundang Kanwil Kemenag dan pihak yang terkait untuk mengevaluasi dan mendengar seperti apa persiapan dan antisipasinya,” ungkap Mustaman, yang dijadwalkan berangkat ke Mekkah dalam waktu dekat.

Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Adil Patu meminta semua petugas di Tanah Suci memperhatikan kondisi kesehatan para jamaah. Pasalnya, perubahan cuaca bisa membuat kondisi fisik jamaah rentan sakit. Penanganan kepada jamaah haji yang masuk kategori lanjut usia serta yang memiliki riwayat penyakit, juga harus mendapat perhatian khusus oleh panitia.

Perhatian ekstra itu,baik di embarkasi, di Tanah Suci, maupun saat pemulangannya. “Begitupun barang-barang jamaah haji saat pulang ke Tanah Air, harus diperhatikan. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, tidak sedikit barang jamaah ketinggalan atau hilang,”tandasnya.

Sekadar diketahui, calhaj yang masuk kategori lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit akan diberikan tanda atau gelang hitam oleh Dinas Kesehatan. Hal ini guna mendapat pelayanan khusus oleh panitia, termasuk saat berada di pesawat.

Dinilai lamban merespons kasus flu burung

Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Bone dinilai lamban merespons kasus flu burung yang menjangkiti ayam peliharaan warga di Kota Watampone. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bone Andi Asia Pananrangi mengatakan, seharusnya Disnak sudah melokalisasi berjangkitnya flu burung dan memusnahkan ayam warga yang diindikasi terjangkit virus avian influenza (AI). “Dinas Peternakan seharusnya melakukan tanggap darurat. Ini kan sudah positif flu burung, bukan suspect. Jadi, jangan menunda-nunda melakukan tindakan. Seharusnya dimusnahkan untuk mencegah virus meluas,” ujar dia, kemarin.

Hingga kemarin, Dinas Peternakan belum memusnahkan ataupun memvaksinasi ayam warga.Virus flu burung dinyatakan positif menjangkiti ayam warga di Lingkungan Ponceng, Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Watampone. Puluhan ayam ketawa di daerah ini mati dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan), ayam tersebut dinyatakan mati karena virus flu burung atau juga dikenal virus H5N1. Kepala Dinas Peternakan Bone, Aris Handono mengatakan, pihaknya bisa saja memvaksinasi ayam warga, tapi itu sifatnya spekulasi.

“Bisa saja kami vaksin sekarang atau besok, tapi itu hanya spekulasi. Ayam itu baru ketahuan terjangkit setelah 14 hari masa inkubasi,”ujar dia. Dia mengaku segera melakukan tindakan tanggap darurat, termasuk kemungkinan memusnahkan ayam yang terjangkit. Disnak juga memperketat pengawasan lalu lintas ayam,baik yang hendak ke luar Bone maupun yang didatangkan dari luar Bone.

“Setiap ayam yang masuk atau keluar harus dilengkapi surat keterangan bebas penyakit dari pos kesehatan hewan atau Dinas Peternakan. Saat ini ada beberapa pos di pintu gerbang masuk Kota Bone yang dijaga petugas,” ujarnya. Dia juga mengimbau warga memperhatikan kebersihan lingkungan dan mengandangkan ayam piaraan.Vaksin secara rutin juga perlu dilakukan.

“Selama masyarakat memelihara ayam secara tradisional dengan tidak memperhatikan lingkungannya, itu akan gampang terkena flu burung,” papar dia. Dokter spesialis hewan ini mengakui Bone termasuk daerah endemi flu burung. Kasus flu burung muncul di daerah ini sejak 2005. Flu burung diketahui menyerang ayam ketawa milik warga Ponceng setelah warga melaporkan hal itu kepada petugas kesehatan hewan pada Rabu (12/10).

Salah seorang Ketua RT di Ponceng, Musbir, mengatakan, puluhan ayam ketawa warganya mati mendadak tanpa menunjukkan gejala penyakit. Ayam ketawa adalah ayam hias yang sering diikutkan lomba karena suaranya yang khas menyerupai ketawa manusia. Tamsi, salah satu peternak ayam ketawa menuturkan, delapan ekor ayamnya mati sekaligus. Dia mengaku ayam tersebut tidak memperlihatkan gejala sakit.

Kerugian yang dia alami diperkirakan mencapai jutaan rupiah.Harga ayam ketawa dewasa bisa mencapai Rp1 juta rupiah per ekor. Staf Disnak Bone drh Konni yang memeriksa ayam yang mati tersebut dengan alat rapid test dan anigen AIV, menyimpulkan bahwa ayam warga mati akibat terjangkit virus flu burung. Kejadian flu burung di Sulsel dalam skala besar terjadi pada Juli hingga Agustus 2011.

Ratusan ribu ayam warga di Kabupaten Sidrap, Pinrang, dan Parepare mati karena flu burung. Sementara itu, terkait merebaknya kasus virus flu burung di Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Dinas Peternakan Sulsel mengirimkan 50.000 cairan desinfektan untuk mengantisipasi penyebaran virus mematikan itu.

Kepala Dinas Peternakan Sulsel, Murtala Ali juga mengimbau warga melaporkan jika terjadi kematian pada ayam peliharaannya. “Kami sudah mengantisipasi penyebarannya dengan mengirim 50.000 cairan desinfektan. Saya juga telah perintahkan instansi terkait memantau secara rutin di lapangan,”ujarnya.

Kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum

Kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Wajo memproduksi air bersih turun drastis dalam tiga bulan terakhir. Hal itu disebabkan kemarau panjang yang berakibat pada turunnya debit air di Danau Tempe. Direktur PDAM Wajo Fahruddin mengatakan, air baku PDAM selama ini diambil dari Danau Tempe.

Namun, sejak kemarau melanda, produksi air PDAM turun hingga 3.000 meter kubik atau mencapai 30% setiap bulan. Dalam kondisi normal, PDAM mampu memproduksi air hingga 11.000 meter kubik dan saat ini hanya bisa memproduksi sekitar 8.000 meter kubik per bulan. Sejumlah warga Kota Sengkang mulai mengeluhkan tidak lancarnya suplai air PDAM ke rumah pelanggan.

Selain tidak lancar, air juga kerap keruh sehingga warga terkadang harus menyaring atau mengendapkan air. “Kami sudah sering menyampaikan keluhan ke PDAM Wajo,” ujar Fatmah, salah seorang warga Sengkang,kemarin.

Direktur PDAM Wajo Fahruddin membenarkan banyaknya keluhan warga. “Namun, setelah dijelaskan penyebab berkurangnya air baku, mereka mengerti,”tandas dia.